Jumat, 08 Maret 2019

Lagi Melankonis

Udah setengah hari maenan sama Ame, laptop. Tapi belum ngetik apa-apa, padal keyboardnya meronta-ronta pengen dipijet, capek dicuekin mulu.. ululu

Manusia bertemu untuk saling memberi makna atau membuat perkara yang diikhlaskan-yang terdalam.

Ketika aku mulai mengerti manusia, aku sadar kita benar-benar saling membutuhkan satu sama lain. Bukan hanya itu, kita juga akan saling merepotkan satu sama lain, entah itu meminta atau memberi bantuan, kebahagiaan, ataupun kesedihan. Dan tak jarang dari mereka tak mau menerima konsep itu, mereka hanya ingin meminta perhatian dan memberi bantuan.

Hampir seperlima abad aku ada di dunia, dan disini mungkin sudah bertemu dan mengenal 300-an orang, mungkin. Dan sekarang, aku kecewa dengan salah satu dari mereka. Hingga aku memutuskan untuk membatasi hubunganku dengannya. Bukan kalimat yang baik dan juga bukan sifat yang baik. Ceritanya aku adalah tokoh yang berwatak egois.. Gitu jen.

Aku salah terlalu berharap kepada manusia. Manusia tak pernah bisa sempurna seperti Sang Pencipta. Aku juga manusia, aku juga sering menyakiti manusia lain. Mereka tak jarang berharap banyak, lalu ku buat kecewa.

Dipikir lagi dan lagi, obat dari itu semua adalah ikhlas. Wus, ngomongin ikhlas tu enak ngomongnya aja, prakteknya susah banget. Haha, ikhlas ya baca tulisan ini.

Photo by Ashik Salim on Unsplash

Aku, yang terlalu sibuk mengurusi urusan hati.
Di dalam nya..terdapat banyak rasa
Akhir-akhir ini aku merasa ada yang hilang..
Yaps, seseorang.

Yang selama ini ternyata sudah membawaku ke luar batas-batas yang kubuat, dan melewati itu membuatku melihat dunia dari berbagai sudut pandang.. Rasa tidak nyaman diubah oleh waktu menjadi aman.. Aku berani menumpahkan semuanya..
Lalu, tiba-tiba ia pamit ingin pulang..
Ingin menahannya untuk tidak pulang, tapi nanti ia kasihan..
Nampaknya ada masalah, di pertemuan yang lalu ia agak lain..
Hai..tapi aku juga sudah terlalu nyaman..

Lalu, datang dua orang yang misterius menahan kedua tanganku
Sehingga aku tak bisa melihatnya pulang ke arah mana..
Tolongg.. jangan pulang..
Hanya jerit batin...hingga ia pulang..jangan..

Aku dibawa ke sebuah ruangan, dikunci dan dijaga dari luar..
Lalu kulihat buku kusam yang tergeletak di bawah tempat tidur..
Bukunya yang pulang..
Kubaca..kutangisi..lalu kutulisi dengan pertanyaan-pertanyaan  di akhir halaman,

Kenapa ia pulang? Kenapa ia datang? Kenapa aku kesal ia datang lalu pulang? Kenapa ia tak ungkapkan saja.. kenapa kita harus berbeda.. kenapa ia tak mau berjuang menyatukan perbedaan? Kenapa?

Hidup memang tak luput dari masalah..
Masalah juga yang membuat hati menyiptakan rasa yang berbeda-beda.. tak selalu tentang rasa senang.. tak juga sedih.. monoton dan tak seimbang..

Poinnya kenapa harus seimbang? Kenapa tak boleh selamanya senang? Siapa yang melarang?
Would u like to comment?

Sampai pada paragraf ini ada, aku akhirnya sadar.. apa yang ku mau belum tentu aku butuhkan. Nanti jika aku paksa untuk semuanya sesuai apa yang ku mau, jadi apa aku. Ya tetep jadi manusia, hehe.

28-05-20

Sulit sekali untuk mempercayainya, membenarkannya sekali sekali, memaafkannya, dan menerimanya. Mungkin karena belum pernah kucoba sebelumny...