Jumat, 04 Januari 2019

Galih dan Barsha

Nama Galih berarti suka berfikir dan Barsha berarti hujan. Mereka tak sengaja bertemu dan berbincang.

Gal: "Hai"
Sya: "Hah? Aku?"
Gal : "Siapa lagi, Sya.
Sya: "Hehe, haii..kenapa?"
Gal: "Tidak..hanya.."
Sya: "Apa? Ohh..Jangan bilang kamu benar-benar lupa,"
Gal: "Bukan lupa, aku hanya belum mampu dan sudahlah."
Sya: "Sudah, jika yasudah apakah semuah selesai?"
Gal: "Aku tidak berjanji ya"
Sya: "Apakah janji pertanda hal itu mewajibkanmu?"
Gal: "Aku belum bisa, Sya"
Sya: "Lalu kapan sudahnya, tadi kamu bilang sudah?"
Gal: "Iya iya, semuanya hanya pembelaanku. Sudah? sudah, sudah kuakui."
Sya: "Oke, semua pilihan Gal. Kamu tahu itu, tak apa jika memang masih ingin sendiri, tapi jangan lupa Tuhan. Bapakmu bilangkan berdoa adalah senjata paling ampuh."
Gal: "Iya, ayo naik ayunan. Aku ingin melihat pohon dan awan cerah hari ini."
Sya: "Akhirnya, ayokk, sudah lama juga aku tidak mengangkat kepala keatas."
Gal: "Kenapa kamu selalu bisa membuatku ingin bercerita sih, Sya. Aku ingin dewasa, Sya. Aku ingin tetap tenang menahan semuanya sendiri tanpa bantuan orang lain tanpa harus merepotkan orang lain. Baiklah, aku semakin ragu, Sya. Aku semakin takut, Sya. Aku 
Sya: "Lanjutkan, atau aku dulu yang cerita?"
Gal: "Iya Sya, kamu dulu. Aku masih mencoba ceritaku."
Sya: "Baiklah. Aku sudah lama Lih tidak melihat pelangi. Aku ingin melihatnya, aku mulai bosan dengan orang-orang di dunia ini."
Gal: "Sya, tau nggak?"
Sya: "Apa? aku kan belum selesai."
Gal: "Gak papa, lanjutin."
Sya: "Gal, aku pulang ya aku lupa juga nih baru inget."
Gal: "Tapi Sya, gak mau aku ant..."

Barsha biasa dipanggil Sya. Berteman dengan Galih yang sangat suka langit dan awan. Tanpa menunggu jawaban dari Galih, Barsha sudah pergi pulang berlari dan membiarkan ayunannya berayun tanpa penumpang. Galih hanya terdiam, ia sebenarnya sudah terbiasa dengan sikap aneh Barsya. Sehingga ia hanya diam dan tetap berayun pelan. 

Namun, tak berapa lama rawut wajahnya masih murung, ia takut mengecewakan para pembaca. Ia sangat takut, padahal dulu ia sangat semangat. Ia hanya beralsan, padahal ia mampu. Ia sepertinya sedang linglung, benar-benar linglung sehingga wajahnya seperti itu. Oiya aku belum bilang sekarang ia sepertinya akan memendam semuanya lagi.

Sebenarnya Barsha ingin membantu Galih. Barsha tau persis Galih seperti apa. Ia tadinya hanya mencoba, dan ternyata Galih benar-benar mau bercerita. Tadi juga, Barsha sebenarnya ingin memberika suatu poin penting kepada Galih. Itulah mengapa Barsha ingin mendahului bercerita. Ia ingin Galih semakin nyaman untuk bercerita.

Hingga Barsha tiba-tiba pergi dan Galih sekarang murung.

[dulu aku selalu ingin segera sampai
tetapi semakin dewasa, aku semakin ingin berlama-lama disini
sawah, awan, rumah, entah mengapa jika di bulan Desember perpaduan mereka menjadi indah
aku semakin menikmati pemandangan dengan mendengarkan lagu kesukaannya
aneh, aku ingin bernyanyi bersamanya
namun, alih2 aku tak mengenal nya, putuslah harapanku. dunia, kamu itu lo cuma sementara, tetapi kenapa kamu sangat rumit. kamu yang rumit apa aku yang membuat nya rumit? dunia yang rumit atau manusia nya yang rumit?
tujuan hidupku bukan hanya itu, ada cabang lain seperti membahagiakan orang tua, berbuat baik kepada sesama, dan lain2
tujuan ku baik2 semua insyaallah, tetapi usaha2 ku yang belum baik. Salah satunya aku yang males membaca, masih malas ibadah, malas mand..apakah ini cerpen, mari kita nanti
kadang, aku lebih memilih lari ke dunia lain, aku lebih memilih tidur lebih lama. Wahh. sangat tidak baik, yah kadang penyesalan itu datang, kadang tidak. Aku kadang ingin lari semakin kecang agar topengku jatuh sendiri]

Wajah murung Galih mulai hilang, ia segera merobek kertas itu. Ia pandang lama-lama kemudian ia lipat membentuk pesawat dan ia lemparkan ke pohon besar di depannya. Ia tak peduli dengan sesuai atau tidak denga PUEBI. 

Tepat, pesawat itu tersangkut di tengah dahan dan ditinggalkan pemiliknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

28-05-20

Sulit sekali untuk mempercayainya, membenarkannya sekali sekali, memaafkannya, dan menerimanya. Mungkin karena belum pernah kucoba sebelumny...