Galih mungkin saja kecewa dengan
Barsha yang tiba-tiba saja pergi. Ia menggunakan cara paling absurd lagi. Ya,
tapi mau gimana lagi ya kan sudah terjadi, Galih ini termasuk tipe orang yang
suka sekali menganut kalimat-kalimat klise. Ya, salah satunya tentang takdir.
Ia ingin kecewa dengan Barsha, tapi ia yakin Barsha tidak mungkin sengaja
melakukan hal se-absurd itu.
Iya, Galih masih punya harapan karena ia percaya dengan Barsha.
Galih ingin menghubungi Barsha dan
menanyakan kabarnya, mengapa waktu itu
ia tiba-tiba saja pergi. Tapi ia tidak punya nomor teleponnya. Ia lupa pernah
belajar melupakan Barsha. Salah satunya menghapus kontaknya. Kenapa ya, waktu
itu rumit dan sekarang sang author belum ingin menceritakannya. Galih
masih ingat semangat Barsha mengajaknya bermain ayunan dan memancinngya untuk
bicara. Dan bahkan saking semangatnya ia ingin berkisah terlebih dahulu.
[“Aku akan terus menunggu Sya. Aku ingin
mendengar ceritamu yang waktu itu. Walau katanya kamu sudah masuk sekolah, kamu
sudah pergi ke kantin, kamu sudah naik angkot, atau bahkan kamu sudah bermain
ayunan lagi dengan orang lain. Sya, aku ragu, tadi ada yang bilang kamu
menghindar dan tidak datang kesini lagi karena malas. Katanya kamu malas
menceritakannya padaku, katanya akan rumit dan aku tidak akan mengerti. Aku
hampir percaya lahh. Tapi hati kecilku terus menyemangatiku untuk menunggu dan
bersabar. Kebalik, bersabar dan menunggu.
Mengenai pilihan aku sekarang
percaya bahwa hidup ini adalah tentang pilihan. Apapun yang akan kita lakukan
kan pasti harus melalui tahap memiih terlebih dahulu. Dan tentang mengapa dan
mengapa itu terserah sang pemilih. Dan setiap pilihan kan memiliki resiko. Atau
minimal kita sudah mereng-reng kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi ketika
memilih pilihan-pilihan itu.
Sekali lagi aku tegaskan bahwa
aku percaya padamu. Walaupun kadang aku meragukannya. Tapi kamu sudah
terlanjur memberi harapan kepadaku yang sudah aku jelaskan sebelumnya pada bab
sebelumnya. Kamu sebelum ini sudah membantuku banyak. Kamu duluan yang berupaya
mengenalku kan.
Kita bertemu di ruang kelas.
Aku melihatmu asing, ternyata memang kamu pantas dianggap asing. Kamu terbully
waktu itu dan aku hanya melihat saja dan membiarkan kamu di kata-katai orang
disitu. Tapi pada pertemuan-pertemuan selanjutnya kamu sangat penasaran dengan
orang-orang baru, yang kebetulan salah satunya aku. Kamu seperti anggota
sensus, mulai dari tempat tinggal dan pekerjaan orang tuaku. Sampai kamu
mencari namaku di google dan itu lucu menurutku.
Karakter kita jelas berbeda
dan aku yakin itu. Kamu sudah tahu buanyak hal dari pada aku, aku tahu itu.
Kamu sangat ingin aku produktif menulis, kamu mau aku berfikir kritis, dan kamu
juga ingin aku menjadi apa yang aku mau, terimakasih. Dan aku adalah orang yang
memang ingin banyak menulis tetapi belum suka membaca, kamu tahu itu. Wawasan
ku apalagi, dan entah kenapa aku ingin menulis tentang karakter kita.
Ada yang pernah nulis kalo
dewasa itu bukan saja dilihat dari umur. Kadang, ada orang yang umurnya lebih
muda tetapi memiliki kedewasaan yang lebih tinggi.
Aku masih menunggu karena kamu
sudah mengiyakan, Sya. Aku percaya padamu sehingga aku menunggumu. Aku yakin
kamu masih mempersiapkan jawaban yang paling baik. Semoga saja dugaan ku benar.
Kita bertemu dari yang hanya
saling tatap sampai pada saling menguatkan. Kamu pernah membuat perjanjian
tetapi aku juga nggak tahu apakah kita sama-sama berusaha melupakan itu dan
sekarang kamu membuat aku menunggu lagi. Dan jika memang kamu tidak ingin aku
menunggu jangan membuat pernyataan yang membuatku menunggu ya. Sekali lagi
terimakasih dan maaf.”
Sambil menunggu ada beberapa hal yang ingin aku
diskusikan ketika bertemu denganmu nanti.
1.
Banyak
burung, pohon, dan sungainya juga lancar
Jadi aku berdomisili di
Malang, tetapi sesuatu membuatku harus ke Kediri. Perjalananku menuju Kediri
sangat berkesan, alam sangat indah ternyata. Aku disuguhi pemandangan
sekelompok burung, pohon, dan sungai yang masih asri.
Selain karena aku sangat
jarang bepergian menggunakan bis, aku juga belum pernah ke Kediri. Biasanya aku
lebih banyak tidur saat perjalanan, tetapi kali ini tidak. Udaranya juga sangat
sejuk, tapi itu karena AC yang terlalu terbuka lebar. Hehe.
2.
Angka
kelahiran dan angka kematian
Kelahiran di Indonesia sangat
pesat, kemarin ada sekitar 500 pasang orang menikah massal. Wahh, ya nggak
apa-apa sih. Tapi tidak ada kan ya mati massal? Kecuali ada bencana alam atau
peperangan. Nah, wajar kan berarti kalau aku merasa semakin lama bumi ini semakin
sesak dipenuhi dengan manusia dan ahklaknya.
3.
Hakikatnya
alam
Alam ada terlebih dulu dari pada manusia ya, right?
4.
Hakikatnya
rumah
Tempat Tinggal Seperti Kebutuhan Pokok Ya.
5.
Sampah
Sampah masih dimana-mana, kemarin masih banyak sampah
yang tersangkut di kali.
6.
Jalan aspal
Jalan aspal apa perlu ya, kan bisa dari tanah aja, wkwk.
Sak karepe dewe.
7.
Hutan dan
sawah
Hutan yang beralih fungsi menjadi lahan pertanian juga
aku penasaran
8.
Manusia
Ada yang kelakuannya baik, ada
juga yang buruk. Atau campuran, kadang baik kadang buruk. Aku pikir manusia
tidak bisa terus baik atau terus buruk. Aku menemukan satu pertanyaan yang
masih belum bisa aku jawab. Yakni mengapa ketika orang sudah tau mana yang baik
atau buruk tetapi mereka masih tetap melakukan hal-hal buruk?
9.
Cerpen Paulo
Buku Seperti Sungai yang
mengalir merupakan kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Paulo Coelho.
10.
Paulo Coelho
Aku tertarik dengan cerita
paulo karena dulu ibunya sangat mengarahkannya menjadi insinyur, tetapi ia bisa
tetap pada pendiriannya menjadi penulis walaupun ia tidak tahu apakah hidupnya
akan terjamin atau tidak.]
Ia berulang kali membaca tulisannya sendiri dan ia masih merasa kurang puas dengan tulisannya sendiri. Ia benar-benar ingin membuat Barsha langsung berlari ke taman sekolah ketika ia membaca surat itu. Sekali lagi ia hanya melipat kertasnya dan menyimpannya di selipan buku gambarnya. Mungkin masih ada banyak revisi lagi setelah ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar